Search

Minggu, 31 Juli 2011

Jangan Sampai “Robohnya Surau Kami” Lagi

Surau suluk sudah berdiri puluhan waktu yang lalu. Didirikan oleh seorang buya dan teman-temannya. Pengurus surau turun temurun hingga sekarang. Namun, seiring waktu berjalan suau sudah semakin tedup lampunya. Semakin tebal debunya, semakin banyak sarang laba-labanya.
Surau itu diberi nama taslim. Surau ini dibangun dengan sederhana menggunakan kayu. Surau ini berbentuk seperti rumah panggung. Ada menara yang menjulang sekitar 3 meter dari atap bangunan. Surau ini memiliki arsitektur surau minangkabau pada umumnya.
Surau ini terletak diantara kolam dan sawah. Ada sungai kecil yang mengalir di samping surau. Dibelakang surau menjulang bukit. Dari surau akan terlihat jalan aspal yang melintang di kejauhan. Sungguh indah pemandangan dari surau.
Surau ini dilengkapi dapur dan kamar garin yang terpisah dengan surau. Ruangan ini terletak di samping depan surau. Dan kamar ustadz di bawah menara. Dihalaman depan surau terdapat pemakaman keluarga pendiri surau.
Surau ini memiliki tradisi suluk atau disebut juga tasawuf. Banyak terdapat pembatas-pembatas kayu di langit-langit surau. Sekarang peminat suluk sudah berkurang. Mungkin disebabkan oleh berbagai factor salah satunya kepengurusan surau yang sudah mengalami kemerosotan. Hal ini sangat disayangkan, karena ditengah hiruk pikuk globalisasi dan modernasi sangat sulit untuk menemukan surau dengan tradisi suluknya.
Awal ramadhan, surau ini juga memiliki tradisi makan bersama setelah sholat magrib. Ibu-ibu di sekitar surau memberikan nasi dan lauk-pauk ala kadarnya. Setelah makan bersama dilanjutkan dengan sholat Isya dan tarawih. Salah satu tradisi yang masih bertahan juga adalah shalat tarawih 20 rakaat dengan hitungan 2 rakaat sebanyak 10 kali. Sungguh luar biasa, para peserta suluk yang rata-rata adalah lansia melakukan sholat tarawih 20 rakaat. Shalat tarawih tidak dibarengi dengan ceramah agama seperti di mesjid. Di akhir ramadhan juga ada buka bersama di surau.
Suasana di surau ini lain dari yang lain. Sangat tenang dengan wangi yang khas dan suara aliran air sungai kecil di samping surau. Hawa kekerabatan dan suasana minangkabau tempo dulu sangat terasa di surau ini. Surau yang sangat sederhana dengan derit lantai dari papan yang menjerit setiap dilangkahkan. Lampu yang temaram menampakkan bayangan gerakan shalat para jamaah. Membawa setiap jiwa di dalamnya hanyut di dalam sholat yang kusyuk.
Sangat sayang sekali, jika sholat tarawih pertama tidak dilaksanakan di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar