Search

Senin, 11 Juli 2011

hiperplasia Akibat Penggunaan Gigi Tiruan

Hiperplasia Akibat Penggunaan Gigi Tiruan

Hazni Viyanti (1010342015)
Inti Sari
Kehilangan gigi dapat ditanggulangi dengan pemakaina gigi tiruan. Namun, pemakaian yang terlalu lama dan tidak menjaga kebersihan mulut dan gigi tiruan dapat menyebabkan penyakit mulut, salah satunya hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan atau denture hiperplasia.  Hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan berupa lesi yang berwarna kemerahan, elastis, dan lunak yang terletak di sekitar gigi tiruan. Hiperplasia ini merupakan akibat dari pertumbuhan jaringan fibrous yang disebabkan oleh tepi basis gigi tiruan yang panjang dan longgar sehingga terjadi pergerakan dan penekanan di mukosa mulut. Lesi ini dapat ditanggulangi dengan membedah lesi dan tidak memakai gigi palsu sementara waktu. Ilmu tentang perkembangan, pertumbuhan, perawatan, dan pencegahan hiperplasia ini perlu diteliti lebih lanjut agar perencanaan perawatan dan diagnosa pasien lebih optimal.1.       Pendahuluan

Kehilangan gigi dapat menyebabkan perubahan pada anatomi, fisiologi, dan fungsional rongga mulut. Menurut penelitian Deen pada tahun 1967, sampai umur tiga puluh lima tahun karies merupakan penyebab utama kehilangan gigi, kemudian diikuti penyakit periodontal (Gad dan Bay dalam Houwink, 1993: 25). Kehilangan gigi geligi dapat ditanggulangi dengan membuat restorasi berupa gigi tiruan. Penggunaan gigi tiruan dalam waktu lama dan tidak menjaga kebersihan  mulut dan gigi tiruan dapat menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan mulut yaitu, stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia jaringan mulut dan denture stomatitis (USU Repository, 2010).

Masalah yang dibahas dalam artikel ini adalah bagaimana patogenesis hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan, apa tanda-tanda klinis hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan, dan apa perawatan hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menjelaskan tentang patogenesis, tanda-tanda klinis, dan perawatan hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan. Metode yang digunakan adalah mengumpulkan dan membandingkan literatur yang valid. Teori yang digunakan adalah teori yang disampaikan oleh Gayford, Haskell, Pala, dan Damayanti.

2.       Pembahasan

Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau di sekeliling gigi tiruan merupakan akibat dari respon fibroepitelial terhadap pemakaian gigi tiruan (Damayanti, 2009: 7). Lesi ini sering disebut denture hiperplasia. Secara histopatologi, denture hiperplasia berupa jaringan fibrous aseluler yang terikat longgar dan edematus. Mukosa di atas jaringan mempunyai epitelium keratinisasi atau parakeratinisasi. Selain itu, terdapat infiltrat sel peradangan kronis di bawah epitelium. Pada daerah pertemuan lesi dan mukosa normal, terdapat ulserasi serta penggabungan dari infiltrat sel peradangan akut dan kronis (Gayford, 1993: 122).

Penyebab utama dari hiperplasia ini adalah tepi basis gigi tiruan yang terlalu panjang yang mungkin disebabkan oleh resorpsi prosesus alveolaris (Pala, 2002: 9-10). Trauma pada mukosa juga dapat terjadi karena penekanan tepi basis gigi tiruan pada mukosa bergerak atau pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak akibat oklusi yang tidak seimbang sehingga tepi basis gigi tiruan masuk ke jaringan sulkus. Selain itu, disebabkan oleh iritasi kronis dari gigi tiruan yang longgar (Damayanti, 2009: 7).

Pergerakan gigi tiruan meningkat apabila gigi tiruan longgar dan biasanya keadaan tersebut menandakan  protesa yang sudah lama. Pergerakan lebih besar terjadi pada rahang bawah yang tidak bergigi daripada rahang atas. Tekanan gigi tiruan meningkat bila tepi basis gigi tiruan terlalu panjang . Tepi basis yang terlalu panjang terlihat karena atropi ridge yang besar (Gayford, 1993: 122). Sebagian besar pasien akan meminta perawatan untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh tekanan tepi basis gigi tiruan pada mukosa sebelum luka menjadi hiperplastik, tetapi ada pasien yang memiliki ambang rasa sakit yang tinggi yang tidak menyadari ada kerusakan pada mukosa mulutnya sehingga terus memakai gigi tiruan (Pala, 2002: 10).

Hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan sering asimtomatik dan terbatas pada jaringan di sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual atau palatal, dan di bagian sisa prosesus alveolar (Damayanti, 2009: 7).Secara klinis, lesi ini berwarna merah muda, sedikit pucat dari warna mukosa normal. Lesi terletak sejajar terhadap ridge dengan dasar lamina propia serta mempunyai panjang lima mm sampai tiga mm dan tinggi lima mm sampai sepuluh mm. Tidak jarang, dua atau tiga lesi terdapat dalam mulut, lesi terbesar terletak paling dekat dengan ridge. Lesi ini bersifat elastis dan lunak mirip polip fibro-epitel. Limpadenopati regional tidak ditemukan di sekitar gigi tiruan (Gayford, 1993: 123).

Perawatan awal hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan meliputi pengikisan tepi basis gigi tiruan yang berlebih sehingga menghilangkan penyebab iritasi. Namun, pengasahan tepi basis dapat mengurangi stabilitas gigi tiruan yang menyebabkan gigi tiruan lebih bebas bergerak sehingga menimbulkan iritasi lebih lanjut (Damayanti, 2009: 7-8). Lesi akan mengecil jika gigi tiruan tidak dipakai untuk sementara waktu (Pala, 2002: 15). Apabila lesi terlalu besar maka perlu dilakukan pengambilan jaringan secara bedah dengan anastesi lokal. Pembedahan lesi sebaiknya dilakukan setelah jaringan tersebut diistirahatkan beberapa waktu untuk mengurangi edemanya (Damayanti, 2009: 8). Kesulitan prosedur pembedahan tersebut adalah pemotongan yang tepat dan mempertahankan kedalaman sulkus. Sebelum dilakukan perawatan operasi, sangat penting untuk mempertimbangkan keadaan mulut pasien dengan tujuan untuk menambah stabilitas gigi tiruan yang baru (Gayford, 1993: 123).

3.       Penutup

Hiperplasia merupakan akibat dari respon fibroepitelial karena pemakaian gigi tiruan yang disebabkan tepi basis gigi tiruan yang terlalu panjang dan gigi tiruan yang longgar. Hiperplasia ini berupa lesi yang berwarna merah muda, elastik, dan lunak. Lesi ini timbul di jaringan sekitar gigi tiruan. Perawatan  hiperplasia dapat dilakukan dengan pembedahan untuk lesi yang besar dan penghentian pemakaian gigi tiruan sementara waktu.

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian tingkat lanjut mengenai perawatan dan pencegahan hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan. Selain itu, perkembangan dan pertumbuhan hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan perlu diteliti lebih lanjut agar tindakan diagnosa dan perencanaan perawatan pasien dapat dilakukan lebih awal, lebih tepat dan lebih baik.



Daftar pustaka

Damayanti, Lisda. 2009.“Respon Jaringan Terhadap Gigi Tiruan Lengkap Pada Pasien Usia Lanjut”. Makalah yang diunduh dari http://www.pdfwindows.com/pdf/respon-jaringan-     terhadap-gigi-tiruan-lengkap-           pada-pasien-usia-                lanjut. Diakses pada 22 Juni 2011. 23:44:32 WIB.

Gayford, J. J. dan R. Haskell. 1990. Penyakit Mulut. Ed. ke-2, terj. Lilian Yuwono. Jakarta: Penerbit             Buku Kedokteran EGC.

Houwink, B. dkk. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, terj. Sutatmi Suryo.  Yogyakarta: Gajah           Mada University Press.

Pala, Sukma. 2002. “Penanggulangan Kelainan Klinis Pasca Pemasangan Gigi Tiruan Penuh”. Skripsi yang                                diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18896. Diakses pada 3 Juli 2011. 19:29:51               WIB.

USU Repository. 2010. “Pengaruh Pemakaian Gigitiruan Lepasan Terhadap Pertumbuhan Candida            Albicans Pada Pasien Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Periode Januari-Februari 2010”. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8280. Diakses pada 3 Juli 2011. 10:26:43 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar